Jumat, 23 Maret 2012

Otak Anda Suka Berpikir Ngeres? Mungkin Ini Sebabnya

Misalnya, saya menuliskan kata onani, alat vital, orgasme, dan kata merangsang lainnya memang dalam konotasi negatif bisa diartikan sebagai kalimat porno. Menurut saya, semua kata yang diciptakan adalah bagus dan siapapun berhak untuk mengatakannya, serta memiliki fungsi masing-masing tapi kudu tepat dalam menggunakannya, sebab kalau asal taruh saja bisa berabe. Sebagai contoh, pemaknaan pada kata alat vital belum tentu berarti kelamin, bisa juga diartikan sebagai peralatan penting dalam suatu kondisi darurat atau critical area. Seharian kemarin, beberapa artikel bernada tabu sudah banyak saya luncurkanmelalui rapat tertutup sempat terjadi respon yang cukup bervariatif dari para pemerhati postingan. Ada yang menganggap konten tersebut adalah suatu artikel esek-esek yang kurang pantas dipostingkan, dan asumsi lainnya adalah karena perbedaan pendapat saja sehingga tidak mudah mencerna dengan baik, karena biarpun rambut sama hitam tapi memang setiap isi kepala orang sangatlah berbeda. Nah, itulah indahnya seni saling berinteraksi dalam menanggapi persepsi seseorang, satu sama lain saling ingin mengetahui makna sebenarnya. Dalam proses berhitung boleh saja ada rumus baku yang menyatakan, hasil dari penjumlahan akan selalu bertambah, misalnya 1+1=2. Namun berbeda artinya pada pengungkapan bahasa tulisan, semua kata dan kalimat bisa dipelintir seenak perut, tergantung dalam alam imajinasi yang digunakan oleh si penulis bersangkutan. Begitu pula menurut pengunjung/pembaca, mereka punya pendapat masing-masing terhadap kalimat ungkapan tersebut. Jika hanya memandang dalam satu sisi menurut penilaian kaca mata kuda, yah sudah jelas akan mendapatkan pemikiran miring dari si empu yang berasumsi. Semua kepornoan bisa saja menjadi lumrah kalau dikatakan dalam ruang tertentu, bila disampaikan pada ruang terbuka, bisa jadi hal itu merupakan salah satu bagian dari kreatifitas meramu bahasa tulisan. Gaya bahasa disampaikan bebas tidak terarah tetapi belum tentu harus vulgar dalam pengukapannya. Maka olehnya, cukup dimaklumi jika pembaca sebagai tim penilai utama langsung mengarah ke fokus diplomasi makna kata. Itulah sebabnya, setiap wacana akan memperoleh poin masing-masing sesuai dengan analogi yang digunakan oleh penulis, serta mendapat tanggapan dari pembaca. Pada dasarnya, jika anda langsung mengarah kepada pikiran ngeres, maka bisa saja kata yang biasa saja akan menjadi merangsang libido. Begitu juga sebaliknya, sesuatu yang ngeres akan jadi biasa jika daya tangkap yang digunakan berdasarkan pada perluasan analogi, sehingga muncullah tingkat kemakluman. Sebagian lagi justru dijadikan kelakar dewasa. Jadi apapun yang bersifat positif akan mendapat pemaknaan berbanding terbalik jika diasumsikan berdasarkan analogi satu arah, sama artinya dengan niatan seseorang sebelum melakukan suatu aktifitas. Apabila diawali dengan sikap pesimistis maka kurang mendapatkan hasil maksimal dan kemungkinan keberhasilannya kurang besar, tapi suatu keoptimisan memungkinkan dapat memperoleh peluang besar walaupun dalam kondisi di tengah kesempitan. Nah, pikiran-pikiran ngeres seperti itulah yang perlu disingkirkan agar bisa berpikir jernih dalam menyikapi suatu hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar